Laman

" Sebuah Coretan Tentang Rasa,Tangis,Tawa,Kesedihan,Kebahagiaan dan Keseimbangan Dalam Hidup "

Kita mungkin akan melupakan orang-orang yang tertawa bersama dengan kita, tetapi tidak mungkin kita melupakan
orang yang pernah menangis bersama dengan kita.

Terkadang orang-orang yang pernah membuat kita menangis di dalam kehidupan adalah mereka yang akan membuat kita
kelak tertawa bahagia, dan
sebaliknya mereka yang pernah membuat kita tertawa dan lupa diri akan membuat kita menangis di kemudian hari.

Keindahan sebuah gunung
tidak akan pernah kita
rasakan ketika kita berada di
gunung itu sendiri. Gunung
itu tampak indah dan agung
jika dilihat dari kejauhan. Dalam hubungan kekeluargaan, persahabatan dan percintaan terkadang kedekatan yang ada akan membutakan kita tentang
indahnya hubungan yang sedang kita alami.

Keindahan dalam suatu
hubungan baru akan terasa
ketika hubungan itu
terpisah oleh jarak yang
berjauhan. Sebagian besar
dari kita terkadang tidak
bersyukur dengan indahnya
kedekatan hubungan yang
kita lalui hingga akhirnya
kedekatan itu berubah
menjadi kejauhan.

Keharuman sekuntum
bunga akan hilang ketika
kita terus-terusan
menciumnya, menjauh
adalah salah satu cara untuk
mendatangkan keharuman
itu kembali.

Kesenangan adalah
kesedihan yang terbuka
bekasnya. Tawa dan
kesedihan datang dari
sumber yang sama, dan
keduanya juga dapat
menguraikan air mata.
Semakin dalam kesedihan
menggoreskan luka ke
dalam jiwa semakin mampu
sang jiwa menampung
kebahagiaan. Sesungguhnya
orang yang berjiwa besar
bukanlah mereka mampu
dan pandai menahan tangis,
tetapi adalah mereka yang
pandai menangis di dalam
kesabaran. Hanya orang
yang bodoh yang tidak
mampu menangis dan
meluapkan emosinya, tetapi
hanya orang bijak yang
mampu mengelola
tangisnya dalam setiap
luapan emosi yang
dirasakannya.

Banyak orang yang terlalu
menjaga citra diri hingga
untuk tertawa dan
menangis pun harus teratur
dan tertata rapi untuk
menimbulkan kesan bahwa
sesungguhnya ia adalah
orang bijak yang mampu
memahami kehidupan
dengan baik. Sesunggunya
kebijaksanaan itu tidak lagi
merupakan kebijaksanaan
apabila seseorang telah
menjadi terlalu angkuh
untuk menangis, terlalu
serius untuk tertawa, dan
terlalu egois untuk melihat
yang lain kecuali dirinya
sendiri.

Hidup di dunia ini berlaku
hukum keseimbangan.
Bukanlah individu yang baik
yang setiap saat berbicara
tentang akhirat tetapi ia
lupa bahwa ia masih bepijak
pada dunia yang
sesungguhnya adalah
tempat ia menyusun
tangga-tangga yang akan
mengantarkannya menuju
akhirat, dan bukanlah
individu yang baik juga
ketika hanya berbicara
tentang keduniawian
semata, tetapi ia lupa
kemana sesungguhnya
tangga-tangga
keduniawaian itu akan ia
arahkan.

Share